Haji Seperti Rosululloh salallaahu ‘alaihi wasallam

Haji Seperti yang dicontohkan Rosululloh salallaahu ‘alaihi wasallam. Indonesia dengan penduduk yang memeluk islam terbesar di dunia, sudah pasti memiliki kuota haji terbesar. Tentunya setelah penduduk arab saudi yang merupakan penduduk asli.

Haji Seperti Rosululloh salallaahu ‘alaihi wasallam

Kami selaku penyedia alat kesehatan yang berhubungan dengan perlengkapan haji akan sedikit berbagi ilmu tentang ibadah haji. Dengan menyediakan dua produk haji yaitu kantong peepis dan nosk masker hidung. Untuk kantong peepis merupakan produk asli buatan kami. Semoga bisa membantu jamaah haji Indonesia dalam melaksanakan ibadah.

Haji sesuai contoh rosululloh

Haji sesuai contoh rosululloh kami ambil dari tulisan syaikh Al Albani. Sebuah refrensi kaya akan hikmah yang terkandung didalamnya. Dengan penyampaian yang tegas dan jelas. Berikut ulasannya, semoga bermanfaat untuk menambah wawasan Anda.

HAJI DAN UMRAH SEPERTI RASULULLAH

Oleh
Muhammad Natsiruddin al-Albani
Kata Pengantar.
Sesudah saya menulis buku Sifat Sholat Nabi salallaahu ‘alaihi wasallam dan mengedarkannya, ternyata peminatnya lebih dari yang saya duga sebelumnya. Meskipun hal ini tanpa melalui iklan ataupun ikatan dengan penerbit tertentu. Hal itu tidak lain karena buku tersebut dikemas dalam bahasa yang mudah dicerna dalam menerangkan sholat Nabi salallaahu ‘alaihi wasallam.

Dengan alasan yang sama, mereka meminta saya agar menulis buku tentang cara Nabi salallaahu ‘alaihi wasallam melakukan ibadah haji. Saya menyambut baik permintaan tersebut, meskipun saya tidak dapat segera mewujudkan keinginan mereka karena terhalang oleh penulisan buku-buku lainnya yang juga berfaedah untuk kaum muslimin, insya Allah.

Diantara buku yang segera akan selesaikna ialah tentang bid’ah yang terjadi di kalaingan kaum muslimin sejak dahulu. Mudah-mudahan hal ini dapat menjadi peringatan bagi mereka untuk menjauhinya dan agar berpegang teguh hanya kepada as-Sunnah. Berkaitan dengan itu, mau tak mau saya ikut tersibukkan seluruh kemampuan saya sehingga untuk memenuhi keinginan mereka –juga keinginan saya- tidak dapat terwujud dengan segera. Apalagi penyusunan buku tersebut memerlukan kesungguhan serta waktu yang tidak sedikit, sebab perlu meneliti Sunnah Nabi salallaahu ‘alaihi wasallam dan memilahnya ke dalam topik yang sesuai.

Tiba-tiba saya teringat topik tentang haji dalam buku Ar-Raudhah an-Nadiyah karangan Shiddiq Hasan Khan Raja Bhopal. Buku inilah yang mendorong saya untuk mengetengahkan riwayat Jabir radhiyallahu ‘anhu tentang haji Nabi salallaahu ‘alaihi wasallam dalam Shahih Muslim dengan sungguh-sungguh.

Ketika pendirian saya telah kokoh, saya mulai memilah riwayat yang berkaitan degan haji dari Shahih Muslim dan mengevaluasinya berulang-ulang. Ternyata ada sebagian manasik yang tidak termuat di dalamnya, maka saya memilahnya dari buku-buku hadits yang lain dan saya banyak sekali menemukan tambahan yang sangat diperlukan. Riwayat-riwayat tersebut menuntun saya untuk meneliti setiap riwayat Jabir radhiyallahu ‘anhu tentang haji Nabi salallaahu ‘alaihi wasallam yang berlainan dengan riwayat sebelumnya.

Saya himpun semua riwayat manasik itu, kemudian saya cocokkan masing-masing hadits tersebut dengan riwayat yang pertama, lalu saya kelompokkan pada tempat yang semestinya. Cara ini tentu saja tidak sedikit memiliki kekurangan dan masih sangat banyak hal lain yang luput, yang tidak mungkin menelitinya kecuali dengan mengubah metode ini serta membahas dan menyelidikinya secara luas terhadap seluruh riwayat tentang haji Nabi salallaahu ‘alaihi wasallam dari semua sahabatnya. Cara tersebut saya tangguhkan karena seusai menyusun buku ini saya berniat untuk menulisnya dengan judul Shifat Hajjat an-Nabi Nabi salallaahu ‘alaihi wasallam.

Mundzu Khurujihi Minal Madinah ila Ruju’ihi Ilaiha,Ka’annaka Tashhabuhu Fiha (Sifat Haji Nabi salallaahu ‘alaihi wasallam Sejak Berangkat dari Madinah sampai Kembalinya, Seolah-olah Engkau Beribadah Haji Bersamanya).

Di dalam buku ini saya akan memuat seluruh manasik, kejadian, khutbah, jawaban Nabi salallaahu ‘alaihi wasallam atas pertanyaan para sahabatnya, dan yang lainya. Saya memasukkan juga di dalamnya bagian-bagian yang langka dan benar-benar telah terpilih keshahihannya, sebagaimana sudah menjadi kebiasaan pada setiap buku dan tulisan saya.

Hingga saat ini saya telah mengumpulkan sebagian besar materinya dan saya bermohon agar dengan taufiq Allah ta’ala akan dapat menyusunnya, menerbitkannya dan menyebarluaskannya. Cukuplah Dia bagi saya, tidak ada ilah selain Dia.

Pujian Ulama Terhadap Hadits Jabir radhiyallahu ‘anhu

Alasan saya hanya memasukkan riwayat dari Jabir radhiyallahu ‘anhu dalam buku ini adalah karena sebagaimana ucapan Imam Nawawi: “Dia adalah sahabat yang membawakan riwayat terbaik tentang haji wada’ karena memuat sejak keberangkatan Nabi salallaahu ‘alaihi wasallam dari Madinah hingga selesai. Maka riwayat yang ia sampaikan lebih cermat dibandingkan yang lainnya”.

Selanjutnya Imam Nawawi mengatakan: ”Dia adalah hadtis yang mulia yang mencakup berbagai faedah dan kaidah-kaidah yang penting. Al-Qadhi Iyadh berkata: ’Orang-orang memperbincangkan fiqih yang terkandung dalam riwayat-riwayat tersebut, dan Abu Bakar Ibnul Mundzir menulis satu jilid besar tentang itu serta menghasilkan karya fiqih sebanyak seratus lima puluh macam lebih, bahkan jika terus dikembangkan akan menghasilkan karya fiqihy lebih banyak lagi’ ”.
Imam Muslim menghimpunnya dalam Bab Hajjatun Nabi salallaahu ‘alaihi wasallam dan Abu Daud dalam Bab Shifat Hajjat an- Nabi salallaahu ‘alaihi wasallam. Sedangkan al-Hafizh adzDzahabi menyebut riwayat Jabir dengan ungkapan: ”Dan padanya ada manasik yang ringkas yang dikeluarkan oleh Muslim”.

Ibnu Katsir menyebut biografi Jabir dalam bukunya Al-Bidayah Wan Nihayah (5/146-149):
”Dia memiliki riwayat manasik yang mandiri”. Pujian para imam diatas hanyalah terhadap riwayat yang pertama (dalam Shahih Muslim). Kalau Anda amati apa yang saya muat disini ada yang berasal dari riwayat-riwayat lainnya sehingga memberikan manfaat yang lebih banyak dan melengkapi riwayat pertama.

Riwayat-Riwayat Manasik dan Klasifikasinya

Riwayat manasik haji dari Jabir radhiyallahu ‘anhu disampaikan kepada tujuh sahabatnya
yang utama dan terpercaya yaitu:
1. Muhammad bin Ali bin Al Husain bin Ali bin Abi Thalib (Abu Ja’far Al Baqir).
2. Abu Al Zubair Muhammad bin Muslim Al Makki.
3. Atha’ bin Abi Rabah Al Makki.
4. Mujahid bin Jabar Al Makki.
5. Muhammad bin Al Munkadir Al Madani.
6. Abu Shalih Dzakwan As Saman Al Madani.
7. Abu Sufyan Thalhah bin Nafi’ Al Wasithi (pendatang Mekah).

Bagi saya yang menjadi pokok ialah riwayat yang pertama dalam Shahih Muslim dan urutan diatas adalah menurut banyaknya hadits yang diriwayatkan. Penambahan terhadap riwayat yang pertama saya tuliskan dalam tanda kurung ( ), demikian pula penambahan dalam bentuk jalan periwayatan yang lain. Kemudian saya sebutkan siapa saja yang mengeluarkan penambahan tersebut.

Singkatan-Singkatan Yang Diperlukan
Berikut ini saya buat singkatan-singkatan yang dipergunakan dalam buku ini agar nama
para perawi hadits beserta kitab mereka tidak memakan ruangan dan memusingkan
pembaca.

1. B = Bukhari
2. M = Muslim
3. D = Abu Daud
4. N = An Nasa’i
5. T = Tirmidzi
6. Dm = Ad Darimi
7. Mj = Ibju Majah
8. Mw = Malik dalam al-Muwattha’
9. S = Syafi’i dalam musnadnya dan sunannya dengan perantaraan Bada’i al-Matan
10. Sd = Ibnu Sa’d
11. Tn = At-Thahawi dalam Syarh al-Ma’ani
12. Tk = At-Thahawi dalam Mushkil al-Atsar
13. Tr = At Thabrani dalam al-Mu’jam as-Shaghir
14. K = Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya
15. Dq = Ad Daruquthni
16. I = Ibnu Hibban
17. Ja = Ibnu Jarud
18. H = Al-Hakim
19. Bq = Al-Baihaqi
20. Y = At-Thayalisi
21. A = Ahmad
22. Am = Abu Nu’aim dalam al-Mustakhraj.

Haji Dan Umrah Menurut Periwayatan Jabir radhiyallahu ‘anhu

Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu berkata :
1. Sesungguhnya Rasulullah salallaahu ‘alaihi wasallam bertempat tinggal [di Madinah /N,
S, J, A/] selama 9 (sembilan) tahun tidak mengerjakan ibadah haji1.
2. Kemudian menyeru manusia pada tahun ke 10 (sepuluh) bahwa Rasulullah salallaahu
‘alaihi wasallam beribadah [pada tahun ini /N, Ja, A/]
3. Orang-orangpun berbondong-bonding datang ke Madinah (dalam satu riwayat : maka tidaklah tertinggal satu orangpun untuk datang, baik dengan berjalan kaki atau berkendaraan /N, Y/) [maka orang-orang saling mendapatkan kesempatan2
untuk
berangkat bersama beliau /N, S] setiap orang sangat berharap untuk menunaikannya bersama Rasulullah salallaahu ‘alaihi wasallam dan melakukan seperti apa yang dilakukannya.
4. [Dan Jabir berkata : Aku mendengar – perawi hadits berkata : ”Saya menduga (riwayat ini) sampai kepada Rasulullah salallaahu ‘alaihi wasallam” (dan dalam suatu riwayat dia berkata : Rasulullah salallaahu ‘alaihi wasallam menyerukan kepada kami /M/)3
maka
sabdanya ”Tempat miqat (ihlal) penduduk Madinah di Dzul Hulaifah4
, [tempat miqat penduduk] dari arah yang lain di al-Juhfah5 , tempat miqat penduduk Irak dari Dzatu
’Irq6 , tempat miqat penduduk Nejd dari Qarn (al-Manazil), dan tempat miqat penduduk Yaman dari Yalamlam”7
/M, Am, Mj, S, Y, BQ, A/]
5. [Jabir berkata : Maka Rasulullah salallaahu ‘alaihi wasallam berangkat /D,T, Mj, Bq, A/]
[pada empat atau lima hari terakhir bulan Dzulqa’dah /N, J, Bq/]8
6. [Dan beliau membawa binatang kurban (hadyu) /N/]9
7. Kemudian kami berangkat bersama beliau [bersama kami pula wanita dan anak-anak /M, Am/]10
8. Sehingga kami sampai di Dzul Hulaifah dan disanalah Asma’ binti Umais melahirkan Muhammad bin Abi Bakar.
9. Kemudian dia menemui Rasulullah salallaahu ‘alaihi wasallam (dan bertanya) : ”Apa yang harus saya lakukan?”
10. [Maka] beliau menjawab : ”Mandi dan istitsfarlah11 dengan kain, lalu berihramlah”
11.Kemudian Rasulullah salallaahu ‘alaihi wasallam sholat di masjid [dan beliau diam /N/]12

IHRAM13

12.Kemudian beliau menunggang al-Qashwa sehingga tatkala untanya telah ajek ditanah lapang [beliau berihlal14 untuk haji (dan dalam suatu riwayat : Nabi sallallaahu ’alaihi wasallam melakukan ifrad /Mj, Sd/), demikian pula para sahabatnya /Mj/]
13. [Jabir berkata /D,Mj,Bq/] : Maka aku bentangkan pandanganku [dari /D,Dm,Mj,Ja/]
depan beliau, ada yang berkendaraan dan ada yang berjalan kaki15, demikian pula di kanan kiri dan belakangnya. Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam ditengah-tengah kami, sementara wahyu turun kepadanya dan beliau mengetahui ta’wilnya. Apa yang beliau lakukan kami melakukannya.
14. Maka beliau berihlal dengan (kalimat) tauhid: ”Labbaik Allaahumma labbaik, labbaika laasyariika laka labbaik, innalhamda walni’mata laka walmulk laasyariikalak” (Aku datang memenuhi seruan-Mu ya Allah, aku penuhi seruan-Mu. Akku penuhi seruan-Mu yang tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi seruan-Mu. Sesungguhnya segala puji dan nikmat adalah kepunyaan-Mu, demikian pula segala kerajaan, tidak ada sekutu bagi-Mu).
15. Manusia berihlal dengan ihlal tersebut (dalam satu riwayat: dan manusia bertalbiyah
[dan manusia menambahkannya /Ja,A/] /Ja,Bq,A/): ”Labbaika dzalma’aarij, labbaika dzalfawaadlil” (”Aku penuhi seruan-Mu wahai Dzat yang memiliki segala ketinggian, aku penuhi seruan-Mu, wahai Dzat yang memiliki segala keutamaan”) /D,A,Bq/],
Sedangkan Nabi sallallaahu ’alaihi wasallam tidak melarang mereka sedikitpun.16
16.Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam mewajibkan talbiyah tersebut.
17. Jabir berkata [dan kami mengucapkan [Labbaikallaahumma /B/] Labbaika bilhaj /M,Mj/]
[kami meneriakkannya dengan lantang /M/] dan tidaklah kami niatkan kecuali untuk haji
[secara ifrad /B,M,N,Tn/] [kami tidak mencampurkannya dengan umrah /Mj/] (dalam satu riwayat: kami belum mengenal umrah /Ja/)17 dan dalam riwayat lainnya: kami para sahabat Nabi sallallaahu ’alaihi wasallam berihlal hanya untuk haji dan tidak ada selainnya, hanya untuk itu saja /Sd/.
18. [Dia berkata: Dan datanglah Aisyah dengan umrah hingga ketika sampai di Sarif18, dia berdarah19 /M,Am/]

MEMASUKI MEKAH DAN THAWAF

19.Sehingga ketika kami bersama beliau sampai di Baitullah [subuh keempat bulan Dzulhijjah /M,Am,Dm,N,Mj,Tn,Y,Sd,Bq,H/], (dalam riwayat lain: kami memasuki Mekah pada waktu matahari pagi mulai naik/dhuha)
20. Lalu Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam menuju Masjid al-Haram dan beliau menambatkan untanya, kemudian masuk ke masjid, (lalu /K,H,Bq/)
21.Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam mengusap tiang20 (dalam riwayat lain: Hajar Aswad21 /A,Ja/)
22. [Kemudian berlalu dari sisi kanannya /M,N,Ja,Bq/]
23. Lalu beliau berlari-lari kecil22 [hingga kembali lagi ke Hajar Aswad /A/] tiga kali, dan berjalan empat kali [dengan tenang23 /Tn/]
24.Kemudian beliau sampai di Maqam Ibrahim ’alaihissalam dan membaca ”Wattakhidluu min maqaami ibraahiima musholla” (Dan jadikanlah Maqam Ibrahim itu sebagai tempat sholat), [dan beliau mengeraskan suaranya agar didengar manusia /N/]
25.Kemudian beliau mengambil tempat sedemikian rupa sehingga Maqam Ibrahim terletak antara beliau dan Ka’bah [lalu beliau sholat dua raka’at /Bq,A/]
26. [Jabir berkata /N,T.]: maka pada kedua raka’at itu beliau membaca masing-masing: ”Qul huwallaahu ahad” dan ”Qul yaa ayyuhal kaafiruun” (dalam riwayat lain: ”Qul yaa ayyuhal kaafiruun” dan ”Qul huwallaahu ahad”)
27. [Kemudian beliau pergi ke sumur Zamzam dan meminum airnya lalu menyiramkannya ke atas kepala /A/]
28.Kemudian beliau kembali ke Hajar Aswad dan mengusapnya.

BERDIRI DI SHAFA DAN MARWAH

29.Kemudian beliau keluar dari pintu masjid (dalam riwayat lain: pintu as-Shafa /Tr/) menuju bukit Shafa. Tatkala mendaki bukit Shafa, beliau membaca: ”Innash shofaa wal marwata min sya’aairillah” (Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah salah satu diantara syi’ar-syi’ar Allah). Aku memulai (dalam riwayat lain: kami memulai /D,N,T,Dm,Mw,Ja,Bq,A,Tr/) dengan apa yang telah dimulai oleh Allah, lalu beliau memulai di bukit shafa kemudian menaikinya hingga dapat melihat Ka’bah.
30. Maka beliau menghadap kiblat lalu membaca kalimat tauhid dan membaca takbir [tiga kali /N,Bq,A/] dan [bertahmid /N,Mj/] dan mengucap kalimat: ”Laailaaha illallaah wahdahu laa syariikalah, lahulmulku walahulhamdu uhyii wayumiitu, wahuwa ’alaa kulli syai in qadiir, laailaaha illallaah wahdahu laa syariikalah, anjaza wa’dahu, wanashara ’abdahu, wahazamal ahzaaba wahdah” (Tidak ada ilah selain Allah Yang Esa lagi tidak ada sekutu bagiNya, milikNya segala kerajaan danmilikNya segala puji [Dia menghidupkan dan mematikan /D,N, Dm,Mj,Bq/] dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu, tiada ilah selain Allah Yang Esa [lagi tidak ada sekutu bagiNya /Mj/], yang memenuhi janjiNya, dan yang menolong hambaNya, dan menghancurkan musuh-musuh sendirian”)24. Kemudian Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam berdoa dan beliau mengucapkan kalimat-kalimat tersebut sebanyak tiga kali.
31.Kemudian beliau turun [berjalan kaki25 /N/] menuju Marwah, sehingga ketika sampai di perut lembah beliau berlari-lari kecil sampai dengan mencapai [yaitu /Mj/] [kedua kakinya /Mj,Mw,N/] [tepi berikutnya /A/] beliau berjalan hingga tiba di Marwah [lalu mendaki bukit hingga dapat melihat Ka’bah /N,A/]
32.Beliau lalu melakukan hal yang sama seperti ketika di bukit Shafa.

PERINTAH MEMBATALKAN HAJI DAN MENGGANTIKANNYA DENGAN UMRAH

33.Ketika beliau mengakhiri sa’inya (dalam suatu riwayat yang ketujuh kali26 /Ja,A/) di Marwah, beliau bersabda: [Wahai manusia /A/] kalaulah aku telah menghadapi urusanku maka pantang bagiku menghindarinya (yaitu jika) aku tidak membawa hewan kurban [niscaya /D,Ja,Bq,A/] aku menjadikannya sebagi umrah.
Oleh karena itu siapa saja diantara kalian yang tidak membawa hewan kurban maka lakukanlah tahallul dan jadikanlah sebagai ihram umrah, (dalam riwayat lain: beliau bersabda: Lakukanlah tahallul dan ihram kalian yaitu thawaflah di Baitullah dan sa’i antara Shafa dan Marwah, serta potonglah rambut27) dan kerjakan apa yang dihalalkan bagi kalian. Jika telah sampai pada hari Tarwiyah28 maka lakukanlah ihlal untuk haji dan jadikanlah yang kalian mulai itu sebagai tamattu’29 /B,M/).
34. Maka Suraqah bin Malik bin Ju’syum berdiri (dan dia berada di kaki bukit Marwah /Ja,A/) lalu berkata: Wahai Rasulullah [Apakah ketetapan engkau tentang umrah kami (dalam riwayat lain: tamattu’ kami /N,Mj/Bq/) ini /N,Tn/] [Apakah /Am,Km/Mj,Ja,Bq,A/] untuk tahun ini saja ataukah untuk seterusnya [selamanya? /Mj/].
[Dia berkata: /Mj/] maka Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam menyatukan jari-jemarinya dan bersabda: Telah masuk umrah ke dalam haji [sampai hari kiamat30 /Ja,A/] bahkan untuk selamanya, [bahkan untuk selama-lamanya /D,Dm,Bq/], [beliau menandaskannya sampai tiga kali /Ja/].
35. [Suraqah berkata: Wahai Rasulullah, jelaskan kepada kami tentang agama kami karena seakan-akan kami baru diciptakan saat ini, apa yang harus kami perbuat pada hari ini?.
Apakah pena telah mengering dan telah terjadi nasib atau apa yang akan terjadi yang mesti kami hadapi? Beliau menjawab: Tidak, tetapi pena memang telah mengering dan takdir telah berlangsung. Suraqah bertanya lagi: Maka apa yang harus kami kerjakan [kalau begitu? /A/]. Beliau menjawab: Kerjakanlah, karena semua orang dimudahkan /Y,A/], [terhadap apa yang diciptakan untuknya31 /A/].
36. [Jabir berkata: Beliau kemudian memerintahkan, jika kami bertahallul agar memberikan hadyu dan mengumpulkan setiap satu orang satu hadyu32 /M,Y,A/] [setiap tujuh orang satu ekor unta/sapi yang gemuk /Y,A/] [maka barangsiapa yang tidak ada padanya hadyu, puasalah tiga hari ditambah tujuh hari puasa di kampung halaman /Mw,Bq/].
37. Jabir berkata: Maka kami bertanya: Bertahallul untuk apa? Beliau menjawab: Bertahallul
(dari yang diharamkan selama ihram) untuk semuanya33 /M,Am,Tn,Y,A.]
38. [Dia berkata: Maka bagi kami menjadi persoalan besar dan menyesakkan dada kami /N,A/]

SINGGAH DI BATH-HA’

39. [Jabir berkata: Maka kami pergi menuju Bath-ha’34 dan seseorang berkata: Aku mempunyai janji dengan istri hari ini35 /A/]
40. [Jabir berkata: Kemudian kami saling mengingatkan dan kami berkata: Kami berangkat untuk haji yang tidak kami inginkan kecuali berhaji, dan tidak kami niatkan selainnya, sampai dengan jarak kami dengan Arafah sekitar empat /A/ (dalam suatu riwayat: lima [malam perjalanan], beliau memerintahkan kami untuk menjumpai istri-istri kami, maka tatkala kami tiba di Arafah, air mani masih menetes dari dzakar kami36 karena bersenggama dengan istri. Perawi hadits ini berkata: Jabir berkata sambil menggerakgerakkan tangannya, seolah-olah melihatnya berbicara dengan menggerak-gerakkan tangannya. [Mereka bertanya: Bagaimana bisa kami menjadikannya untuk bersenangsenang (tamattu’) padahal telah kami niatkan untuk haji? /B,M/].
41. Jabir berkata: [Kemudian Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam menyampaikan, dan kami pun tidak mengetahui apakah hal itu merupakan berita dari langit ataukah dari sisi kemanusiaan beliau /M/].
42. [Kemudian beliau berdiri /M,Am,N,Mj,Tn/] sambil berkhutbah dengan muji Allah dan mengagungkanNya /Tn,Sd,A/] lalu bersabda: [Demi Allah, apakah kalian mengajari aku wahai manusia? /Ja/] Bukankah kalian tahu bahwa aku adalah yang paling bertakwa, paling benar, dan paling berbakti kepada Allah dibandingkan kalian? [Kerjakanlah apa yang aku perintahkan kepada kalian, karena sesungguhnya aku /M,B/] jika tidak membawa hadyu, niscara aku bertahallul sebagaimana kalian bertahallul [akan tetapi aku tidak boleh berahallul dari yang haram37 sehingga hadyu sampai pada tempatnya untuk disembelih38 /B/], serta jika aku telah menghadapi urusanku tidaklah aku menariknya kembali (menjadi) tidak membawa hadyu, oleh karenanya kalian laksananlah tahallul /M,Am,N,Mj,Tn,Sd,Bq/].
43. [Jabir berkata: Maka kami mendatangi istri-istri kami dan memakai wewangian serta mengenakan pakaian biasa /M,Am,N,Y,A/] [kami dengan dan kami taat /M,Am,Tn/]
44. Lalau semuanya bertahallul da memendekkan rambut, kecuali Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam dan mereka yang membawa hadyu /Mn,Tn,Bq/]
45. Jabir berkata: Dan tidak ada seorangpun diantara mereka yang membawa hadyu selain Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam dan Thalhah39 /B,Bq,A/]

KEDATANGAN ALI DARI YAMAN YANG BERIHLAL SEPERTI IHLAL NABI
SALLALLAAHU ’ALAIHI WASALLAM

46.Ali datang [dari tugasnya40 /M,N,S,Bq/] dari Yaman dengan unta (hadyu) Rasulullah
sallallaahu ’alaihi wasallam.
47.Kemudian Ali medapati Fatimah radhiyallahu ‘anha termasuk orang yang telah bertahallul [rambutnya disisir /Ja/], mengenakan pakaian yang berwarna-warni dan bercelak mata.
Maka Ali tidak berkenan atas keadaan Fatimah radhiyallahu ‘anha itu [dan berkata: Siapa yang menyuruhmu begini? /D,Bq/] Fatimah menjawab: Sesungguhnya ayahku yang menyuruhku berbuat seperti ini.
48. Jabir berkata: Kemudian Ali berkata dengan masih penuh keringat: Lalu aku menemui Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam dengan gejolak amarah41 terhadap sikap Fatimah yang bersandarkan pada fatwa Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam maka aku katakan kepada beliau bahwa aku mengingkari perbuatan Fatimah [yang mengatakan: Sungguh ayahku menyuruhku begini /D,Bq/]. Maka beliau menjawab: Dia benar dengan ucapannya itu, dia benar, [dia benar /N,Ja,A/] [aku yang menyuruhnya begitu /N,Ja,A/].
49. Jabir bertanay kepada Ali: Apa yang engkau katakan ketika difardhukan haji?
Jawabannya: Aku katakan: ”Ya Allah , sesungguhnya aku berihlal sebagaimana yang dilakukan Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam”.
50.Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya aku membawa hadyu, maka janganlah engkau bertahallul, [dan tetaplah berihram seperti keadaanmu /N/].
51. Jabir berkata: Jumlah hadyu yang dibawa Ali dari Yaman dan yang dibawa Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam [dari Mandinah /D,N,Mj,Ja,Bq/] sebanyak seratus ekor [gemuk-gemuk /Dm/].
52. Jabir berkata: Maka semuanya bertahallul42 dan menggunting rambut kecuali Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam dan mereka yang membawa hadyu43.

MENUJU KE MINA DALAM KEADAAN IHRAM PADA TANGGAL 8 DZULHIJJAH

53. Pada hari Tarwiyah [kami menginggalkan Mekah /B,M,Am,N,A/] menuju Mina44 maka mereka semua berihlal untuk haji [dari Bath-ha’ /B,M,Tn,Bq,A/].
54. [Jabir berkata: Kemudian Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam mendatangi Aisyah radhiyallahu ‘anha dan mendapatinya sedang mengangis, maka beliau bertanya: Apa yang menimpa dirimu?.
Aisyah radhiyallahu ‘anha menjawab: Sesungguhnya aku haid, orang-orang telah bertahallul sedangkan aku tidak bisa, juga tidak dapat thawaf di Baitullah, sementara orang-orang kini berangkat menunaikan ibadah haji.
Maka beliau menjawab: Sesungguhnya hal ini sudah menjadi ketentuah Allah atas putri-putri Adam, maka segeralah mandi dan niatkan ihlal untuk haji [lalu berjahilah dan lakukanlah apa yang dilakukan orang yang beribadah haji, kecuali thawaf di Baitullah dan sholat45/A,D/]. Maka Aisyah radhiyallahu ‘anha melakukannya /M,Am,D,N,Tn,Bq, A/]. (Dalam
satu riwayat lain: maka dia mengerjakan seluruh manasik haji kecuali thawaf di Baitullah /A/]
55.Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam diatas hewan tunggangannya46 dan shalat diatasnya (yaitu di Mina, dan dalam suatu riwayat: dengan kami /D/) zhuhur, ashar, maghrib, ’isya, dan shubuh.
56.Kemudian beliau menetap sebentar hingga terbit matahari47.
57. Dan beliau memerintahkan kepada seseorang agar membangun kemah [untuknya /D,Ja,Bq/] di Namirah48.

MENUJU KE ARAFAH DAN SINGGAH DI NAMIRAH

58. Maka Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam meneruskan perjalanan49, padahal kaum Quraisy tidak syak bahwa beliau akan berhenti di Masy’aril Haram [di Muzdalifah /D,Ja,Bq/] dan menjadi tempat perhentiannya kemudian /M/] sebagaimana mereka biasa melakukannya pada masa jahiliyah50.
Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam melewatinya hingga tiba di Arafah51 dan mendapati kemah telah didirikan di Namirah, maka beliau singgah di situ.
59.Ketika matahari condong ke barat, beliau menaiki unta Qashwa, lalu [menungganginya sampai /D,Mj/] tiba di perut wadi52.

KHUTBAH ARAFAH

60.Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam berkhutbah dihadapan manusia: ”Sesungguh darah dan harta kalian adalah mulia atas kalian (haram bagi orang lain) seperti mulianya hari kalian ini , pada bulan kalian ini, di negeri kailan ini. Ketahuilah [dan /Mj,Ja/]
[sesungguhnya /D,Dm,Mj,Bq/] setiap perkara jahiliyah yang ada di bawah telapak kakiku
[ini /Mj,Ja/] batal, dan darah kaum jahiliyah adalah batal, sesungguhnya awal permulaan darah yang aku hinakan adalah darah Rabi’ah bin Harits [bin Abdul Muthalib /D,Bq,] –ia adalah seorang yang banyak memiliki cela di lingkungan Bani Sa’d, lalu dibunuh olehHudzail.
Dan riba jahiliyah kubatalkan. Riba pertama yang aku batalkan ialah riba yang dilakukan Abbas bin Abdul Muthalib, sesungguhnya semua riba itu batal53. Bertakwalah kalian kepada Allah dalam soal wanita, karena sesungguhnya mereka kalian ambil dengan perlindungan [amanah /D,S,Mj,Bq/] Allah54 dan dihalalkan bagi kalian kemaluan mereka dengan kalimat Allah55 dan [sesungguhnya /D,Dm,Mj,Bq/] mereka tidak boleh menerima seorang pun ditempat tidur kalian yang tidak kalian sukai56, jika mereka melakukannya maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas57, dan kewajiban kalian ialah memberikan nafkah dan pakaian kepada mereka dan memperlakukan mereka dengan baik.

Dan [sesungguhnya aku /Ja,Bq/] tinggalkan bagi kalian apa yang kailan tidak akan sesat selamanya jika kalian berpegang teguh kepada Kitabullah58. Kalau kalian bertanay (dalam riwayat lain: ditanya /D,Dm,Mj,Ja,Bq/] tentang aku, maka apa yang akan kalian katakan? Mereka menjawab: Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan [ajaran-ajaran Rabbmu /Ja/] dan telah menunaikannya, dan telah menansihati [umatnya dengan ikhlas dan telah melaksanakan kewajibanmu /Ja.].
Lalu beliau berkata seraya mengacungkan telunjuknya ke langit dan mengarahkannya kepada orang-orang yang hadir: Ya Allah, saksikanlah. Ya Allah, saksikanlah”.

MENJAMA’ SHOLAT DAN WUKUF DI ARAFAH

61. [Bilal /Dm,Mj,Ja,Bq/] adzan [dengan satu kali adzan /Dm/].
62.Kemudian iqamah lalu sholat dzuhur, dilanjutkan dengan iqamah lalu sholat ashar.
63. Dan beliau tidak mengerjakan sholat apapun diantar kedua sholat tersebut.
64.Kemudian Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam menunggang [unta Qashwa /Ja/] hingga sampai di temapat wukuf, lalu mengarahkan untanya menuju bebatuan59 dan barisan orang-orang60 di depannya, dan beliau menghadap kiblat61.
65.Beliau tidak memutuskan wukufnya hingga matahari terbenam dan warna kekuningan senja mulai lenyap sampai dengan matahari tak terlihat62.
66. [Beliau bersabda: Aku wukuf disini dan seluruh Arafah adalah tempat wukuf /D,N,Dm,Mj, Ja,H,A/].
67.Kemudian ikutlah Usamah [bin Zaid /Mj,Ja,Bq/] dibelakangnya.

MENINGGALKAN ARAFAH

68.Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam bertolak (dalam riwayat lain: keluar dengan tenang63 /D,N,Mj/) seraya menarik tali kekang64 Qashwa hingga kepalanya sejajar dengan tempat pijakan kaki65 penunggangnya, dan beliau bersabda seraya tangan kananya [demikian: menghadapkan telapak tangannya ke atas /N/]: ”Wahai manusia, tenanglah, tenanglah”.
69.Ketika beliau sampai di bukit pasir66, dari beberapa bukit pasir yang ada, beliau mengendurkan kendali Qashwa hingga dapat mendongakkan kepalanya67.

MENJAMA’ SHOLAT DAN BERMALAM DI MUZDALIFAH

70. Tatkala sampai di Muzdalifah, beliau sholat [dengan menjama’ /D,Ja/] maghrib dan ’isya, dengan cara stu kali adzan dan dua kali iqamah68.
71.Beliau tidak bertasbih69 diantara kedua sholat tersebut.
72. Lalu Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam tertidur lelap hingga fajar70.
73.Kemudian beliau sholat fajar (shubuh) ketika telah yakin masuk waktu shubuh, dengan satu kali adzan dan satu kali iqamat.

WUKUF DI MASY’ARIL HARAM

74.Beliau menunggang Qashwa hingga tiba di Masy’aril Haram71 lalu mendaki /D,Mj,Ja, Bq/].
75.Kemudian beliau menghadap kiblat dan berdoa (dalam suatu lafadz: maka beliau memuji Allah /D,Mj,Ja,Bq/] bertakbir, bertahlil dan mengesakanNya.
76.Beliau masih berdiri tegak hingga fajar merekah di ufuk timur.
77. [Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam bersabda: Aku wukuf disini dan seluruh Muzdalifah adalah tempat wukuf /M,D,N,Dm,Mj,Ja,H,A/]

BERTOLAK DARI MUZDALIFAH UNTUK MELONTAR JUMRAH

78.Kemudian Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam bertolak [seluruhnya /Bq/ sebelum matahari terbit [dengan tenang72 /D,T,Bq,A/]
79. Dan Fadhl bin Abbas73 membonceng pada Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam –Fadhl adalah seorang yang tampan dan berambut indah.
80.Ketika Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam bertolak, seorang wanita74 melewatinya, lalu Fadhl menoleh untuk memandangnya maka Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam memalingkan wajah Fadhl –dengan tangan beliau- ke arah yang lain. Lalu Fadhl menoleh lagi ke arah wanita itu. Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam memalingkannya lagi ke arah yang lain, dan Fadhl menoleh lagi ke arah wanita itu75.
81.Ketika tiba di lembah Muhassir76 beliau sedikit cepat dan melaluinya77 [serta bersabda: Jangan terburu-buru /Dm/]

MELONTAR JUMRAH KUBRA (AQABAH)

82.Beliau melalui jalan yang di tengah78 yang mengarahkan [kamu /N,D,Dm,Mj,Ja,Bq/] ke Jumrah Kubra [sampai di Jumrah Kubra yang terletak /Am] di samping sebuah pohon.
83. Lalu beliau melontarinya [pada waktu dhuha /M,Am,D,N,T,Tn,Ja,Bq,Dq,A/] dengan tujuh lontaran79.
84.Belia bertakbir pada setiap lontaran80.
85. [Maka /D,Bq/] beliau melontar dari perut lembah [diatas hewan tunggangannya [dan beliau /N/ bersabda: (artinya) ”Hendaklah kalian mengambil manasik haji ini81 karena sesungguhnya aku tidak tahu apakah nanti dapat beribadah haji lagi sesudah sekarang ini82 /M,D,N,Bq,A,Sd/].
86. [Jabir berkata: Dan beliau melontar sesudah hari Nahar [pada semua hari Tasyriq83 /A/ ketika matahari telah tergelincir /M,D,N,T,Dm,Mj,Tn,Ja,H,Bq,A/]
87. [Dan Suraqah menjumpai beliau ketika beliau sedang melontari jumrah Aqabah. Suraqah bertanya: Ya Rasulullah, apakah hal ini khusu untuk kami? Sabda beliau: Tidak, bahkan untuk selamanya84 /B,M,Bq,A/].

MENYEMBELIH HEWAN KURBAN DAN MENCUKUR RAMBUT

88.Kemudian beliau bertolak ke tempat penyembelihan dan beliau menyembelih enam puluh tiga [hewan kurban /Jm/] dengan tangannya sendiri.
89. Lalu beliau memberi kesempatan kepada Ali untuk menyembelih yang tersisa [katanya sisanya /D,Ja,Bq/], dan mengumpulkannya bersama kurban Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam.
90.Kemudian beliau memerintahkan mengambil sebagian85 dari setiap hewan yang disembelih untuk dimasak, maka mereka berdua memakan dagingnya dan meminum kuahnya.
91. [Dalam suatu riwayat, Jabir berkata: Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam menyembelih seekor sapi untuk istri-istrinya /M/].
92. [Dalam riwayat lain Jabir berkata: Kami menyembelih seekor unta (dalam riwayat lainnya: Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam menyembelih seekor unta /A/] untuk tujuh orang dan seekor sapi untuk tujuh orang /M,Am,A/]. [Dan dalam riwayat yang kelima: Kami bersama-sama menyembelih tujur ekor, maka seseorang bertanya kepada Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam, apakah seekor sapi bisa untuk kurban bersamasama? Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam menjawab: Boleh, asalkan lembu yang gemuk /Am/].
93. [Dalam suatu riwayat, Jabir berkata: Kami tidak memakan daging unta itu kecuali pada tiga hari di Mina, maka Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam memberikan keringanan dengan sabdanya: Makanlah dan ambillah daging itu sebagai bekal /A/]. [Jabir berkata:
Maka kami makan dan mengambilnya sebagai bekal /B,A/] [hingga kami tiba di Madinah86 /A/].

MENGHILANGKAN KESEMPITAN BAGI SESEORANG YANG MENDAHULUKAN ATAU
MENGAKHIRKAN SESUATU DARI MANASIK PADA HARI NAHAR

94. Dalam suatu riwayat: Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam menyembelih hewan [lalu mencukur rambut87 /A/].
95. Dan Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam duduk [di Mina pada hari Nahar /Mj/] menghadapi orang-orang dengan berbagai pertanyan tentang perbuatn-perbuatan [pada hari itu /Mj/] [yang mendahulukan suatu pekerjaan dari pada perkerjaan lain /Mj/]. Beliau selalu menjawab: Tidak ada halangan, tiada keberatan88, hingga seseorang datang dan bertanya: Apakah dibenarkan kalau saya bercukur sebelum berkurvan? Beliau menjawab: Tiada mengapa.
96.Kemudian datang yang lain dan bertanya: Apa dibenarkan kalau saya bercukur sebelum melontar jumrah? Beliau menjawab: Tidak apa-apa.
97. [Kemudian datang yang lain dan bertanya: Apa dibenarkan kalau saya thawaf sebelum melontar? Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam menjawab: Tidak mengapa ?Dm,I/].
98. [Orang yang lain bertanya: Apakah dibenarkan kalau saya thawaf sebelum menyembelih kurban? Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam menjawab: Sembelihlah dan tidak mengapa /Tn/]
99. [Lalu datang lagi yang lain dan berkata: Sesungguhnya saya telah menyembelih sebelum melontar jumrah, apa dibenarkan? Beliau menjawab: [Melontar dan /Y,A/] tidak apa-apa /Dm,Mj,Tn,I,Y,A/]
100. [Kemudian Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam bersabda: Aku menyebelih kurban disini, dan seluruh Mina adalah tempat penyembelihan /A,Dm,M,D,Ja,Bq/]
101. [Dan setiap celah di Mekah adalah jalan dan tempat penyebelihan89 /D,A,Mj,Tk, H,Bq/]
102. [Maka berkurbanlah dari hewan tunggangan kalian /M,Jm,D,Bq/].

KHUTBAH PADA HARI NAHAR (IDUL ADHA)

103. Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam berkhutbah kapada kami pada hari Nahar (Idul Adha): Hari apakah yang paling mulia (untuk dijaga kehormatannya)? Para sahabat menjawab: Hari kita sekarang ini. Beliau bersabda: Bulan apakah yang paling muila? Meraka menjawab: Bulan kita sekarang ini. Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam bersabda lagi: Negeri manakah yang paling mulia? Mereka menjawab: Negeri kita ini. Beliau bersabda: Maka sesungguhnya darah dan harta kalian adalah kehormatan sebagaimana kemuliaan hari, negeri, dan bulan kalian ini.
Maka bukankah telah saya sampaikan? Mereka menjawab: Benar, ya Rasulullah. Dan Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam bersabda lagi: Ya Allah, saksikanlah /A/].

KELUAR DARI MINA UNTUK THAWAF SHADR (IFADHAH)

104. Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam keluar menaiki hewan tunggangannya menuju Baitullah (lalu mereka thawaf)90.
105. Dan merka tidak sa’i antar Shafa dan Marwah91 /D,Tn,Bq,A,Sd/].
106. Lalu beliau sholat zhuhur di Mekah92.
107. Maka datanglah Bani Abdul Muthalib [dan mereka /Am,Dm,Mj,Ja,Bq/] meminum air Zamzam93, maka beliau bersabda: Menciduklah94 sebagaimana Bani Abdul Muthalib. Sekiranya bukan karena manusia saling mengalahkan dan berebut untuk meminum air Zamzam, niscaya akupun menciduknya bersama kalian95.
108. Kemudian mereka menuangkan kepada bliau dengan timba dan beliau meminumnya.

KISAH AISYAH RADHIALLAAHU’ANHA

109. [Jabir berkata: Sesungguhnya Aisyah mengalami haid, namun dia melaksanakan seluruh manasik kecuali thawaf di Baitullah /B,A/].
110. [Jabir berkata: Ketika telah suci hari haid, Aisyah thawaf di Ka’bah96 dan sa’i antara Shafa dan Marwah. Lalu Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam bersabda: Sungguh engkau telah bertahallul dari haji dan umrahmu secara keseluruhan /M,D,N,Bq,A/].
111. [Aisyah bertanya: Ya Rasulullah mereka pergi untuk menunaikan haji dan umrah, sedangkan saya hanya untuk haji?97 /B,A/] [Beliau menjawab: Sesungguhnya untukmu seperti yang diperuntukkan bagi mereka /A/].
112. [Kemudian Aisyah berkata: Aku mereasan bahwa aku belum thawaf di Baitullah sampai dengan aku berhaji /M,D,N,Tn,BQ,A/].
113. [Jabir berkata: Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam adalah seorang yang suka memudahkan persoalan jika (Aisyah) menghendaki sesuatu, beliau meluluskannya98 /M,Bq/].
114. [Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam bersabda: Wahai Abdurrahman, pergilah dengan Aisyah. Beliau memerintahkan Aisyah umrah dari Tan’im.
115. [Maka Aisyah berumrah sesudah melaksanakan hadi /B,A,] [kemudian Aisyah datan /A/] dan itu terjadi pada malam Hashbah99 /M,D,N,Bq,A/].
116. [Jabir berkata: Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam thawaf di Baitullah pada haji Wada’100 di atas hewan tunggangannya. Beliau mengusap Hajar Aswad dengan tongkatnya agar manusia dapat melihat, memuliakannya dan bertanya kepadanya, orang-orangpun mengerumuni beliau /M,D,/A/].
117. [Jabir berkata:101 Seorang wanita yang membawa anak kecil datang kepada Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam dan bertanya: Wahai Rasulullah apakah untuk anak ini ada ibadah hajinya? Beliau menjawab: Ya dan pahalanya untukmu102 /T,Mj,Bq/].
Dengan demikian selesailah buku Haji Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam Menurut Riwayat Jabir radhiyallahu ‘anhu, segala puji bagi Allah atas taufiqNya dan saya memohon kepadaNya tambahan karuniaNya.

Untuk lebih memudahkan pemahaman pembaca, saya telah menghimpun manasik tersebut
beserta komentarnya dalam bentuk ringkasan seperti berikut:

1. Ihram dengan kain sarung dan kain yang diselendangkan. Mengenai ini Ibnu Taimiyah berkata dalam Manasik al-Hajj: ”Berihram dengan kain yang disarungkan dan diselendangakan adalah sesuai Sunnah, sama saja apakah kain itu berjahit atau tidak berjahit. Hal ini berdasarkan kesepakatan para imam madzhab”. Sahabat saya, pengajar di Masjid Nabawi, Syekh Abdurrahman al-Afriqi berkata dalam kitabnya Taudhih al-Hajj wal ’Umrah (hal. 44): ”Maksud berjahit disini ialah agar sarung dan selendang itu dijahit lebar dan panjang.

Dalam hal ini banyak orang awam keliru memahaminya. Mereka menyangka bahwa jahitan yang dilarang ialah kain yang berjahit, baik yang membentuk (dan mewadahi, penj.) anggota tubuh manusia atau tidak.
Anggapan ini tidak benar, karena maksud menjahit yang dilarang ialah yang membentuk (dan mewadahi) anggota tubuh manusia, seperti kemeja, jubah, rompi, celana, dan setiap bentuk yang meliputi sifat anggota tubuh manusia. Inilah yang tidak boleh dikenakanoleh seorang yang melakukan ihram, walaupun ditentun (tidak berjahit, penj.).
Adapun kain sarung yang bersambung karena pendek atau sempit ataupun dijahit karena susah, maka hal ini diperbolehkan”.
2. Mengenakan keduanya dan memakai wewangian sebelumnya.
3. Memulai ihram dari miqat.
4. Ihram wanita nifas dan haid sesudah mandi.
5. Ihram untuk haji dan umrah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata dalam Manasik al-Hajj: ”Disunahkan agar berihram seusai sholat fardhu maupun sholat sunah –jika bertepatan dengan waktu sholat sunah- demikian menurut salah satu dari dua pendapat. Sedangkan yang lain berpendapat bahwa jika dia sholat fardhu maka berihram setelahnya, dan jika tidak, maka tidak ada sholat khusus untuk ihram. Pendapat terakhir inilah yang lebih unggul”.
6. Pergi haji dengan berkendaraan.
7. Beribadah haji bersama wanita dan anak-anak.
8. Bertalbiyah dengan talbiyah Rasulullah sallallaahu ’alaihi wasallam sambil melantangkan suara.
9. Membatalkan (niat, penj.) haji –bagi yang sebelumnya berniat ifrad atau qiran- lalu menggantinya dengan umrah dan tidak membawa hadyu (hewan kurban).
10. Thawaf qudum sebanyak tujuh kali putaran
11. Thawaf dengan mengenakan kain yang diselendangkan dengan melewati bagian bawah ketiak kanan terus melingkari tubuh dengan menutup bahu kiri.
12.Berlari kecil pada tiga putaran yang pertama.
13. Takbir pada Hajar Aswad.
14. Mencium Hajar Aswad atau mengusamp Rukum Yamani pada setiap putaran.
15.Sholat dua rakaat seusahi thawaf.
16. Dalam sholat itu membaca surat al-Kaafirun pada rakaat pertama dan al-Ihlas pada rakaat kedua.
17.Sholat tersebut dikerjakan di belakang Maqam Ibrahim.
18. Minum air Zamzam dan menyiramkannya sebagaian ke kepala.
19.Kembali mengusap Hajar Aswad.
20.Berdiri di Shafa menghadap kiblat.
21.Berdzikir kepada Allah ta’ala di tempat tersebut, mentauhidkanNya, bertakbir, bertahmid (memujiNya) dan bertahlil (serta berdo’a sambil mengangkat tangan, penj.) tiga kali.
22.Berjalan antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali.
23.Berlari-lari kecil di perut lembah (sekarang ditandai dengan lampu hijau di kedua ujungnya, penj.) pada setiap lintasannya.
24.Berdiri di Marwah.
25.Berdzikir di tempat itu, sebagaimana yang dilakukan di Shafa.
26. Mengakhiri sa’i di Marwah.
27. Tahallul dari ihram haji tamattu’ atau qiran bagi yang tidak membawa hadyu, dengan menggunting rambut dan mengenakan pakaian biasa, dan lainnya.
28. Orang yang mengerjakan haji tamattu’ bertahallul dengan menggunting rambut, tetapi tidak mencukurnya habis.
29. Ihlal untuk beribadah haji pada hari Tarwiyah.
30.Berangkat ke Mina dan bermalam di tempat itu.
31.Sholat Zhuhur sampai dengan shubuh (lima waktu) di Mina.
32. Pada hari Arafah berangkat menuju Arafah sesudah matahari terbit.
33.Berhenti di Namirah, di tepi padang Arafah.
34. Menjama’ sholat zhuhur dan ashar di Namirah dengan jama’ taqdim.
35.Wukuf di Arafah dalam keadaan tidak berpuasa.
36.Khutbah di Arafah.
37.Berdoa di Arafah sambil menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangan.
38.Bertalbiyah di Arafah.
39. Menginggalkan Arafah sesudah terbenam matahari dengan tenang (tidak terburu-buru).
40. Menjama’ sholat maghrib dan ’isya dengan jama’ ta’khir di Muzdalifah.
41.Sholat jama’ itu dilaksanakan dengan satu adzan dan dua iqamat.
42. Tidak mengerjakan sholat sunah antara kedua sholat tersebut.
43.Bermalam di Mina tanpa menghidup-hidupkannya agar memanfaatkan malam untuk beristirahat.
44.Sholat shubuh ketika fajar telah jelas.
45.Berhenti di Masy’aril Haram, lalu berdoa, bertahmid, bertakbir, bertahlil –dengan menghadap kiblat- hingga langit berwarna kekuningan.
46.Bertolak dari Masy’aril Haram sebelum matahari terbit.
47.Sedikit mempercepat perjalanan ketika melewati lembah Muhassir.
48. Menuju Jumrah Aqabah melalui jalan selain y;ang digunakan ketika menuju Arafah.
49. Melontari Jumrah Kubrah (Aqabah) pada hari Nahar dari perut lembah dengan tujuh batu pada waktu dhuha.
50. Melontar dengan batu kerikil.
51. Diperbolehkan melontar sesudah matahari condong ke barat (setelah zhuhur).
52. Melontar dari sisi perut lembah.
53.Bertakbir pada setiap lontaran.
54. Menghentikan talbiyah ketika melontar jumrah.
55. Dengan lontaran tersebut, berarti seseorang telah emlakukan tahallul ashghar (tahallul kecil, yaitu diperbolehkannya apa-apa yang diharamkan ketika ihram kecuali ’bergaul’ suami-istri, penj.)
56. Melontar pada hari Tasyriq setelah matahari condong ke barat.
57. Orang yang melakukan haji secara qiran dan tamattu’ menyembelih hadyu, dan bagi yang tidak memiliki hadyu maka berpuasa tiga hari dalam haji lalu tujuh hari ketika sampai di kampung halaman.
58. Menyembelih unta atau sapi untuk tujuh orang.
59. Penyembelihan dapat di Mina atau di Mekah.
60. Memakan sebagaian dari daging hadyu.
61. Memakai wewangian sesudah melontar.
62. Mencukur.
63. Mulai mencukur di bagian kanan kepala.
64.Khutbah pada hari Nahar.
65. Pergi ke Mekah untuk melaksanakan thawaf ifadhah tanpa lari-lari kecil pada tiga putaran pertama.
66.Sa’i bagi yang berhaji tamattu’, bukan bagi orang yang berhaji dengan qiran.
67. Mengerjakan manasik pada hari Nahar secara berurutan.
68. Menjadi halal seluruh perbuatan mubah yang diharamkan ketika ihram.
69. Minum air Zamzam sesudah selesai thawaf ifadhah.
70.Kembali ke Mina dan tinggal di sana selam tiga hari Tasyriq.
71. Pada setiap hari Tasyriq melempar ketika jumrah setelah matahari condong ke barat.
72. Thawaf wada’ tanpa lari-lari kecil pada tiga putaran pertama.
Demikian, selesailah kitab ini. Wa akhiru da’wana ’anil hamdu lillahi rabbil ’alamin.

ISTILAH :

a. Hari Tasyriq : 11, 12, 13 Dzulhijjah.
b. Hari Nahar : Idul Adha (10 Dzulhijjah).
c. Hari Arafah : 9 Dzulhijjah.
d. Ta’liq majzum : disajikan dengan tegas meskipun tidak menyebut namanya.
e. Itsbat : menegaskan suatu hal.
f. Nafi : mengingkari suatu hal.
g. Miqat : batasan tempat dimulainya ihram.
h. Ihram : mulai niat di miqat untuk mengerjakan haji atau umrah dengan memakai pakaian ihram dan dengan konsekuensi diharamkannya hal-hal tertentu yang makruh.
i. Tahallul : selesainya ibadah haji atau umrah dan diperbolehkannya melakukan hal-hal tertentu yang makruh yang tadinya haram pada saat ihram.
j. Makruh : sesuatu pekerjaan yang dibenci oleh Allah ta’ala tetapi apabila dikerjakan tidak ada dosa.
k. Mubah : sesuatu pekerjaan yang apabila dikerjakan tidak ada dosa dan apabila tidak dikerjakan juga tidak ada dosa.
l. Malam Hashbah : sesudah hari-hari Tasyriq.
m. Ijma’ : kesepakatan para ulama.
n. Hadyu : hewan kurban.
o. Ihlal : melantangkan suara talbiyah.
p. Tamattu’ : menunaikan ibadah haji dengan melakukan umrah terlebih dulu kemudian melakukan haji.
q. Ifrad : menunaikan ibadah haji dengan melakukan haji terlebih dulu kemudian melakukan umrah.
r. Qiran : menunaikan ibadah haji dengan melakukan haji dan umrah secara bersamaan.